Peternakan Gelap Tanpa “Plang”
KBB, PI News
Tempat-tempat wisata yang berada di wilayah KBB, dalam hal ini Bupati KBB Drs.H. Abu Bakar M Si, sudah melaksanakan kunjungan kebeberapa lokasi wisata yang ada di wilayahnya KBB bahkan hampir seluruh tempat wisata yang merupakan aset di KBB ini sudah tercatat keberadaannya.
Di jalan Gado Bangkong Raya Desa. Cimareme Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat dari tahun 1980 sampai sekarang ini ada sebuah peternakan sapi perah plus yang mempunyai luas tanah ±1 Hektare, sapi perahnya ada 50 ekor, dengan ditambahan binatang-binatang lainnya.
Hampir setiap hari atau dalam satu minggu ada rombongan yang memakai kendaraan bis pariwisata datang mengunjungi tempat itu, kebanyakan pengunjung yang datang ke peternakan sapi plus tersebut adalah rombongan anak-anak sekolah, mulai dari Play Group ( Pra TK ), Taman kanak-kanak, sekolah Dasar ( SD ), SMP/SMA, bahkan mahasiswa pun pernah mengunjungi peternakan sapi plus itu, namun masyarakat umum belum pernah datang berkunjung, karena masyarakat umum tidak mengetahui keberadaan peternakan plus tersebut, karena pemilik peternakan sapi perah plus itu seolah-olah menutupi keberadaannya dengan tidak memasang papan reklame ( Plang ) di depan pintu gerbang rumah tua di jalan Gado Bangkong Raya no.183 Cimreme-Ngamprah Kabupaten Bandung Barat ini. Semua ini menjadi tanda tanya bagi siapa saja yang melihatnya “ Ada Apa dan Kenapa si pemilik tidak mau memasang plang tersebut “. Apakah si pemilik peternakan sapi perah plus ini menutupi sesuatu misalnya takut terkenal atau takut harus bayar pajak.
Ketika wartawan kami mendatangi peternakan sapi perah plus ini dan meminta keterangannya kepada pemilik sekaligus mengelola peternakan sapi perah plus sangat susah sekali bertemu dengan si pemilik bahkan harus menunggu lama, namun akhirnya si pemilik peternakan muncul dan menerima kami saat diwawancara seputar keberadaan peternakan sapi perah plus ini. Lina istri sang pemilik peternakan yang bernama Lili Tanuwijaya menjelaskan : peternakan sapi perah ini memang sudah berdiri sejak lama sekali kira-kira tahun 1980 peternakan lactasari ini sudah ada, sudah banyak sekali pengunjung yang datang kesini kebanyakan anak-anak sekolah karena untuk mengenal proses pemerasan susu sejak dini, untuk daftar kunjungan di kenai biaya Rp.100.000 s/d 200.000 di hitung perkendaraan yang masuk, sudah banyak sekali sekolah – sekolah mulai dari play grup, TK, SD, SMP, SMA menjalin kerjasama dengan peternakan ini, bahkan surat-surat permohonan kunjungan pun saat ini sudah menumpuk ada pada saya,” tutur Lina. Namun ketika ditanya kenapa peternakan sapi perah yang sudah di kenal dikalangan murid-murid sekolah, tidak memasang papan reklame atau plang di depan gerbang pintu masuk, Lina hanya menjawab,” karena peternakan perah sapi ini belum layak dipublikasikan kepada masyarakat umum, dengan alasan belum layak,” tutur Lina merendah.
Apakah dengan luas 1 hektar dianggap tidak layak.Disamping itu permasalahan kesejahteraaan ataupun gaji karyawan tersendat-sendat dibayarkannya, bahkan ada seorang karyawan yang sudah bekerja selama 26 tahun di PHK karena sakit-sakitan tanpa uang pesangon sepeserpun.
Satu hal yang membuat bingung PI News ketika meminta ijin untuk melihat surat-surat perijinan usahanya juga pembayaran pajaknya Lina meminta kepada kami untuk menghubungi konsultannya yang bernama Asniar, dan saat dihubungi via telepon kepada konsultan peternakan sapi Asniar mengatakan,” Mau apa datang ke peternakan itu, jangan merongrong peternakan perusahaan yang sedang kolap,” tutur Asniar singkat, padahan PI News Cuma ingin mengetahui bukti surat ijin usaha dan bukti pembayaran pajak peternakan dilihat dari banyaknya pengunjung yang berwisata ke peternakan tersebut. Hingga berita ini di turunkan kami belum melihat bukti-bukti kelegalitasan peternakan sapi perah plus itu yang terkesan di tutup-tutupi baik oleh pemilikya Lina ataupun konsultannya Asniar, kalau dilihat dari luar bangunan rumah peternakan sapi perah lactasari terkesan tidak ada kehidupan didalamnya karena cuma terlihat rumah tua yang tidak terurus dengan pagar tanaman yang tinggi.(Rika)
KBB, PI News
Tempat-tempat wisata yang berada di wilayah KBB, dalam hal ini Bupati KBB Drs.H. Abu Bakar M Si, sudah melaksanakan kunjungan kebeberapa lokasi wisata yang ada di wilayahnya KBB bahkan hampir seluruh tempat wisata yang merupakan aset di KBB ini sudah tercatat keberadaannya.
Di jalan Gado Bangkong Raya Desa. Cimareme Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat dari tahun 1980 sampai sekarang ini ada sebuah peternakan sapi perah plus yang mempunyai luas tanah ±1 Hektare, sapi perahnya ada 50 ekor, dengan ditambahan binatang-binatang lainnya.
Hampir setiap hari atau dalam satu minggu ada rombongan yang memakai kendaraan bis pariwisata datang mengunjungi tempat itu, kebanyakan pengunjung yang datang ke peternakan sapi plus tersebut adalah rombongan anak-anak sekolah, mulai dari Play Group ( Pra TK ), Taman kanak-kanak, sekolah Dasar ( SD ), SMP/SMA, bahkan mahasiswa pun pernah mengunjungi peternakan sapi plus itu, namun masyarakat umum belum pernah datang berkunjung, karena masyarakat umum tidak mengetahui keberadaan peternakan plus tersebut, karena pemilik peternakan sapi perah plus itu seolah-olah menutupi keberadaannya dengan tidak memasang papan reklame ( Plang ) di depan pintu gerbang rumah tua di jalan Gado Bangkong Raya no.183 Cimreme-Ngamprah Kabupaten Bandung Barat ini. Semua ini menjadi tanda tanya bagi siapa saja yang melihatnya “ Ada Apa dan Kenapa si pemilik tidak mau memasang plang tersebut “. Apakah si pemilik peternakan sapi perah plus ini menutupi sesuatu misalnya takut terkenal atau takut harus bayar pajak.
Ketika wartawan kami mendatangi peternakan sapi perah plus ini dan meminta keterangannya kepada pemilik sekaligus mengelola peternakan sapi perah plus sangat susah sekali bertemu dengan si pemilik bahkan harus menunggu lama, namun akhirnya si pemilik peternakan muncul dan menerima kami saat diwawancara seputar keberadaan peternakan sapi perah plus ini. Lina istri sang pemilik peternakan yang bernama Lili Tanuwijaya menjelaskan : peternakan sapi perah ini memang sudah berdiri sejak lama sekali kira-kira tahun 1980 peternakan lactasari ini sudah ada, sudah banyak sekali pengunjung yang datang kesini kebanyakan anak-anak sekolah karena untuk mengenal proses pemerasan susu sejak dini, untuk daftar kunjungan di kenai biaya Rp.100.000 s/d 200.000 di hitung perkendaraan yang masuk, sudah banyak sekali sekolah – sekolah mulai dari play grup, TK, SD, SMP, SMA menjalin kerjasama dengan peternakan ini, bahkan surat-surat permohonan kunjungan pun saat ini sudah menumpuk ada pada saya,” tutur Lina. Namun ketika ditanya kenapa peternakan sapi perah yang sudah di kenal dikalangan murid-murid sekolah, tidak memasang papan reklame atau plang di depan gerbang pintu masuk, Lina hanya menjawab,” karena peternakan perah sapi ini belum layak dipublikasikan kepada masyarakat umum, dengan alasan belum layak,” tutur Lina merendah.
Apakah dengan luas 1 hektar dianggap tidak layak.Disamping itu permasalahan kesejahteraaan ataupun gaji karyawan tersendat-sendat dibayarkannya, bahkan ada seorang karyawan yang sudah bekerja selama 26 tahun di PHK karena sakit-sakitan tanpa uang pesangon sepeserpun.
Satu hal yang membuat bingung PI News ketika meminta ijin untuk melihat surat-surat perijinan usahanya juga pembayaran pajaknya Lina meminta kepada kami untuk menghubungi konsultannya yang bernama Asniar, dan saat dihubungi via telepon kepada konsultan peternakan sapi Asniar mengatakan,” Mau apa datang ke peternakan itu, jangan merongrong peternakan perusahaan yang sedang kolap,” tutur Asniar singkat, padahan PI News Cuma ingin mengetahui bukti surat ijin usaha dan bukti pembayaran pajak peternakan dilihat dari banyaknya pengunjung yang berwisata ke peternakan tersebut. Hingga berita ini di turunkan kami belum melihat bukti-bukti kelegalitasan peternakan sapi perah plus itu yang terkesan di tutup-tutupi baik oleh pemilikya Lina ataupun konsultannya Asniar, kalau dilihat dari luar bangunan rumah peternakan sapi perah lactasari terkesan tidak ada kehidupan didalamnya karena cuma terlihat rumah tua yang tidak terurus dengan pagar tanaman yang tinggi.(Rika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar